Sabtu, 05 November 2011

Tentang Ajaran Panca Bayu Bermakna agar warga pande memahami ajaran Panca Bayu yang diajarkan oleh Mpu Siwa Saguna kepada Brahmana Dwala pada pertemuan dan dialog imajiner mereka di Pura Indrakila. Panca Bayu adalah aj...aran kekuatan yang sangat penting bagi mereka yang melakoni Dharma Kapandeyan. Panca Bayu juga sangat penting bagi pengendalian diri untuk mengenal fungsi-fungsi atau kekuatan anggota badan tertentu. Uraian beliau tentang Panca bayu kepada Brahma Dwala adalah sebagai berikut : ”Ndi hingaran Panca Bayu. Panca Bayu ngaran APANA, PRANA, SAMANA, UDHANA, BHYANA. Apana ngaran bayu saking weteng, mwang kakembungan, yatika jambangan. Prana ngaran bayu metu saking peparu, humili amarga lenging grana, yatika hububan, pinaka pamurungan. Samana ngaran bayu metu saking hati, ghni ring sarira. Udhana ngaran bayu saking siwadwara, yatika pinaka uyah. Bhyana ngaran bayu humili saking sarwa sandi pupulakna ring pupu, yatika pinaka landesan. Ndi kang pinaka palu-palu? Tapak tangan ta. Jariji kang pinaka sepit”. Panca Bayu adalah apana, prana, samana, udhana dan bhyana. Apana adalah kekuatan dari perut atau juga disebut tempat air. Prana adalah kekuatan dari paru-paru berada ditengah tengah dada, yang berfungsi sebagai pengububan yang mengeluarkan udara yang berfungsi untuk menghidupkan api dalam pekerjaan memande. Samana adalah kekuatan yang keluardari hati, adalah api yang bertempat dalam badan manusia. Udhana adalah kekuatan dari siwadwara, itulah ibarat garam. Bhyana adalah kekuatan gaib, yang memeberi kekuatan kepada paha yang berfungsi sebagai landesan atau paron. Lantas yang manakah berfungsi sebagai palu? Adalah tanganmu. Jerijimu berfungsi sebagai sepit).
Pada suatu hari Dewi Parwati bertanya kepada Siwa, "Yang Mulia, Saya mendengar ada tempat suci untuk memuja Paduka berna Kashi. Siapapun yg mengunjungi Kashi dan empersembahkan doa kepada Paduka setelah mandi di sungai Gangga akan mendapatkan pahala untuk datang ke Kailasa dan tinggal disini selamanya. Benarkah itu?" Siwa menjawab, "Tidak semua... orang dapat memperoleh pahala itu. Hanya mengunjungi Kashi dan mempersembahkan puja kepada patungKU tidaklah cukup. Sekarang akan KU jelaskan kepadaMU. Marilah kita ke Kashi sebagai pasangan jompo. Engkau harus melakonkan suatu drama"> Siwa dan Parwati menampakkan diri dihadapan pintu masuk pura Siwa. Parwati sebagai nenek berwajah buruk berumur 80 th dan Siwa sebagai kakek reot berumut 90 th. Siwa membaringkan kepala Beliau dipangkuan Parwati dan mulai mengerang karena amat kesakitan. Nenek tua itu menangis tidak berdaya. Ia memohon kepada setiap peziarah dg berkata, "Oh, kalian, umat Tuhan, lihatlah kesini, ini suamiku. Ia amat kehausan dan mungkin akan meninggal setiap saat. Maukah anda menolong mengambilkan air minum baginya?. Saya tidak dapat meninggalkannya sendirian dan pergi mengambil air". Para peziarah keluar dari tempat permandian setelah upacara mandi disungai Gangga. Pakaian mereka basah dan mereka membawa air dalam wadah kecil dari kuningan yg mengkilat. Medeka berkata, "Tunggu sebentar, kami akan mengurus suamimu setelah mempersembahkan air Gangga yg suci kepada Vishvanatha (Tuhan Penguasa Jagat Raya)". Beberapa orang berkata, "Oh, alangkah mengjengkelkan!. Mengapa para pengemis ini tidak bisa membiarkan kita memberikan persembahan dg tenang". Yang lain berkata, "Seharusnya para pengemis tidak diizinkan duduk disini". Ada banyak orang yg berkerumun didekat pintu masuk pura. Seorang pencopet profesional berjalan bersama beberapa peziarah. Ia juga mendengar ratapan wanita jompo itu. Ia tidak tega melihat orang tua yg menderita dan nenek yg meratap. Ia berjalan dan menghampiri mereka dan berkata, "Ibu, apa yg ibu kehendaki? Kalian siapa?. Mengapa kalian disini?". Nenek itu menjawab, "Nak, kami datng kesini untuk mendapatkan darshan Vishvesvara. Tiba2 suamiku sakit dan pingsan karena amat kelelahan. Mungkin ia dapat bertahan hidup jika seseorang menuangkan air kemulutnya yg kering. Keadaannya demikian gawat untuk kutinggalkan pergi mengambil air. Saya memohon kepada banyak orang agar menolong saya, tetapi tidak ada seorangpun yg mau berbagi, walaupun mereka membawa tempayan penuh air". Pencopet itu merasa iba. Ia membawa sedikit air didalam tempat air dari labu kering. Nenek itu menghentikannya dan berkata, "Nak, suamiku mungkin akan meninggal setiap saat. Ia tidak mau menerima air kecuali orang yg memberinya air berbicara benar". Si pencopet tidak memahami artinya dan ia berkata, "Ibu, katakanlah apa yg harus saya lakukan?". Denga tertawa sinis ia berkata, Ibu, selama ini saya belum pernah melakukan perbuatan baik. Saya pencopet profesional. Satu-satunya perbuatan baik adalah apa yg akan saya lakukan sekarang, memberikan air kepada kakek yg sekarat ini. Ini benar". Dengan lembut dituangkannya sedikit air ledalam mulut kakek tersebut. Tidak lama setelah si pencopet melakukan hal ini, pasangan tua itu lenyap dan sebagai gantinya berdiri Siwa serta Parwati dalam segala kemuliaannya. Siwa berkata, "Nak, engkau sungguh terberkati. Tidak ada moralitas yg lebih luhur daripada mengatakan kebenaran dan tidak doa yg lebih makbul daripada melayani sesama manusia. Sekarang, semua dosa yg telah kau lakukan selama ini telah diampuni karena satu perbuatan baik ini" OM NAMAH SIWA YA.